Hutang Budi……
Sebenarnya sudah lama saya mau menulis tentang topik ini, baru inget lagi setelah membaca tulisan Samuel mulia di Kompas hari ini.
Betul banget yang di bilang samuel mulia klo yang namanya Utang budi itu sangat gak enakkkk banget. Walau pun kita dah merasa membayar utang budi tersebut tetap aja orang yang sudah merasa menanamkan jasa kepada kita tetap merasa klo kita masih harus membayar hutang tersebut dan tetap menjadikan kita object yg bisa di peras dan diperalat (waduh…sampe segitunya he…he…)
Beberapa waktu yang lalu ketika saya sedang mengantri di Oriflame untuk TUPO tiba-tiba saya mendengar sebuah suara yg sangat familiar di telinga saya, nah…benar ternyata itu salah seorang tante jauh saya. Sebagai Keponakan yang baik tentu saja No. antrian saya yg bernomor 21 (karena saya sudah datang dari jam 7.30 pagi) saya serahkan pada dia supaya dia bisa ikut menikmati no antrian saya (karena no antriannya no 150-an). Sambil ngobrol ngalor ngidul ternyata mulai deh tante saya menyudutkan saya dengan omongan bahwa saya gak pernah silaturahmi, gak datang ke rumah Om ini – Om itu ketika mereka wafat, gak datang ketika anaknya menikah, gak……., gak…. pokoknya banyak protesnya deh (pdahal saya gak kenal juga sama oom yg disebutkan tante itu, dan saya juga gak inget kapan anak dia menikah …wong kami jg gak terlalu dekat). Dia bilang saya seperti kacang yang lupa akan kulitnya, uppss….maksudnya …. apa ya.
Saya sadar dulu orang tua saya bukan dari keluarga berada dan kadang2 oom/tante suka memberi sedikit uang pada orangtua, biasanya dikeluarga besar ayah saya keluarga kami harus menuruti kemauan & perkataan saudara2 ayah saya tanpa boleh berkata tidak, dan setiap kami tidak mau menuruti mereka maka mreka akan berceramah panjang lebar…bla..bla…bla….waduh pusing deh….
Saya dan adik2 selalu diceramahi oleh oom dan tante klo gak datang/membantu mereka dan kedua orang tua kami pasti dibilang tidak bisa mengajar anak karena tidak mengajarkan kami semua u/ bersilaturahmi, padahal semua sepupuku gak ada juga tuh yg suka keliling k rumah saudara or kerumahku/keluarga tapi oom & tanteku gak ada yg pernah protes tuh, capek deh….
Makanya kami (aku dan adik2ku) sekarang lebih suka menjauh dari keluarga besar, soalnya capek jga ada aja yg dikritik dan disirikin sama keluarga besar ketika kamipelan2 lebih baik dari keadaan dulu. Dan kami juga berusaha ketika kami memberikan bantuan ke orang lain kami gak akan menuntut penghormatan dr orang tersebut dan segera melupakannya, supaya gak ada ujub di hati.
Ada juga salah seorang teman lamaku yang senengggg banget pinjam uang dalam jumlah besar ke teman2, pernah aku dah suggest ke dia klo mau pinjem uang lebih baik ke Bank aja, karena di Bank gak ada tuh yg namanya utang budi (he..he…he…ya iya lah…kan kita bayar bunganya), klo pinjem di temen walaupun kita kembaliinnya cepat tetep aja teman kita dah merasa pernah menanam budi kekita (kan kemarin lu dah gw tolong sekarang gantian dong nolong gw he…he….), tapi temanku ternyata bilang lebih senang pinjem k teman karena gak kena bunga….halah…ternyata dia emang lebih seneng punya utang budi dibanding disuruh bayar bunga tp kita terbebas dari utang budi.
So…..jangan pernah mau / senang menerima bantuan dari orang ya ….. karena hutang budi susah sekali terbayar, kecuali memang anda termasuk orang2 yg bahagia menerima uluran tangan orang dan bisa membayarnya kapanpun mereka inginkan.
Recent Comments